Selasa, 07 Juni 2011

"Perjamuan Terakhir" Leonardo da Vinci Oleh P. Richard Lonsdale

Kisah lukisan ini, Perjamuan Terakhir, sungguh menarik dan mendatangkan pelajaran berharga. Perjamuan Terakhir dilukis oleh Leonardo da Vinci. Figur yang mewakili keduabelas rasul dan juga figur Kristus Sendiri dilukis dari model hidup. Model hidup lukisan untuk tokoh Yesus dipilih terlebih dahulu. Ketika diputuskan bahwa Da Vinci akan melukis karya besar ini, ratusan pemuda diwawancarai dengan seksama sebagai usaha untuk mendapatkan seraut wajah dan kepribadian yang mencerminkan tanpa dosa dan keelokan, bebas dari carut-marut dan guratan-guratan akibat dosa.       

Pada akhirnya, setelah berminggu-minggu mencari, seorang pemuda berusia sembilan belas tahun terpilih sebagai model lukisan Kristus. Selama enam bulan, Da Vinci sibuk mengerjakan lukisan tokoh utama dari karyanya yang terkenal itu. Selama enam tahun berikutnya, Da Vinci melanjutkan karya seninya yang sungguh mengagumkan ini. Satu demi satu model yang cocok dipilih untuk mewakili masing-masing pribadi dari kesebelas rasul, hingga tersisalah ruang dalam lukisan yang diperuntukkan bagi tokoh Yudas Iskariot sebagai bagian akhir dari karya besar ini.

Selama berminggu-minggu, Da Vinci mencari-cari seseorang dengan wajah keras tanpa perasaan, dengan gurat-gurat ketamakan, tipu daya, kemunafikan dan kekejian. Berita disampaikan kepada Da Vinci bahwa orang yang penampilannya sesuai dengan permintaannya telah didapatkan di sebuah penjara bawah tanah di Roma, hukuman mati telah dijatuhkan kepadanya atas tindak kejahatan dan pembunuhan yang dilakukannya. Orang ini dibawa keluar dari selnya di penjara dan dibimbing keluar dalam terang sinar matahari. Di sanalah Da Vinci menyaksikan di hadapannya seorang pemuda berkulit gelap; rambutnya yang gondrong, kusut serta acak-acakkan menutupi sebagian wajahnya, raut wajahnya mencerminkan watak yang bengis dan kejam. Akhirnya, pelukis terkenal itu mendapatkan seseorang yang ia inginkan untuk mewakili karakter Yudas dalam lukisannya.

Orang itu duduk di hadapan Da Vinci pada jam-jam yang ditentukan setiap hari sementara sang pelukis melanjutkan karyanya menuangkan ke dalam lukisannya karakter dasar yang ada di hadapannya. Sementara ia menggoreskan sapuan-sapuan kuasnya yang terakhir, para pengawal membimbing tahanan mereka pergi. Tiba-tiba orang itu meronta dan melepaskan diri dari para pengawal, lalu berlari mendapatkan Da Vinci sambil berseru,

“Da Vinci, pandanglah aku! Tidakkah engkau mengenali siapa aku?”

Da Vinci menjawab, “Tidak, tak pernah aku berjumpa denganmu sepanjang hidupku.”

Tahanan itu berseru, “Ya Tuhan, apakah aku telah jatuh demikian dalam?” Kemudian sambil mendekatkan wajahnya kepada sang pelukis, ia menangis, “Pandanglah aku sekali lagi. Aku adalah orang yang sama yang engkau lukis tujuh tahun yang lalu sebagai figur Kristus!”

sumber : News For Kids, Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.”

DIA BUKA JALAN

Pengharapan hanya ada di dalam Dia
Lagu ini diciptakan oleh Don Moen setelah tragedy yang dialami keluarganya. Di suatu larut malam Don Moen menerima telpon yang memberitakan berita menyedihkan bahwa adik iparnya telah kehilangan putra sulungnya dalam suatu kecelakaan mobil. Craig dan Susan Phelps dan keempat anak mereka sedang melakukan perjalanan dari Texas ke Colorado saat mobil mereka ditabrak oleh truk peti kemas.
Pada saat tabrakan terjadi semua anak mereka terlempar keluar dari mobil, hanya mereka berdua saja yang masih di dalam mobil. Dengan susah payah mereka berdua mencari keempat anak
mereka dan mengumpulkannya di suatu tempat. Keempat anak mereka mengalami luka parah,tapi sewaktu Craig ( ia seorang dokter)mendapati Jeremy, anak itu telah meninggal karena patah leher, sehingga tak ada lagi yang dapat dilakukan untuk menolongnya.
Sewaktu Don Moen menerima kabar tersebut beberapa jam kemudian ia berkata, "Saya merasa terguncang, tapi besok saya harus terbang ke kota lain untuk melakukan rekaman sesuai dengan jadwal yang telah diatur beberapa minggu sebelumnya. Sekali pun saya tahu mereka berduka, saya tak dapat bersama mereka sampai satu hari sebelum pemakaman.
Dalam penerbangan pagi itu Tuhan memberinya suatu inspirasi baginya, satu lagu baru dengan syair sebagai berikut , "God will make a way, where there seems to be no way. He works in ways, we can not see. He will make a way for me. (Dia buka jalan, saat tiada jalan, dengan cara yang ajaib Dia buka jalan bagiku)"
Dasar dari lagu ini adalah Yesaya 43:19, "Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?"
Ya, aku hendak mebuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara."
Di kemudian hari Susan menulis, "Kami melihat kebenaran dari ayat tersebut."
Sewaktu teman-teman Jeremy mengetahui bahwa ia telah menerima Kristus sebelum ia meninggal, mereka mulai bertanya-tanya kepada orangtuanya masing-masing tentang suatu jaminan bahwa mereka dapat ke surga sewaktu mereka meninggal.
Kecelakaan itu juga membawa berkat terselubung bagi Craig dan Susan, karena sejak peristiwa itu hubungan mereka dengan Tuhan semakin meningkat dan mereka masuk ke dalam pelayanan yang lebih lagi padaNya.
Susan juga menceritakan, "Di hari kecelakaan itu, sewaktu saya keluar dari mobil untuk menolong anak saya, saya merasa bahwa putra sulung saya telah meninggal. Dan saya mempunyai pilihan untuk marah dan mengalami kepahitan atau secara total menerima semua rencanaNya pada saya.
Dan saya pun melihat buah dari semua pilihan saya itu, dan pilihan yang saya ambil, akan berulang secara terus menerus. Saya merasa bahwa kematian putra saya tak sia-sia, begitu saya mengetahui di kemudian hari begitu banyak jiwa yang datang pada Tuhan karena tragedi ini. Benar! Ia telah membuka jalan bagi kami sekeluarga."
Segera setelah "God Will Make A Way" masuk dapur rekaman, Don Moen menerima begitu banyak telpon, surat dan sharing yang menceritakan tentang tragedi yang mereka alami. Semua telpon dan surat yang masuk mempunyai tema yang sama bahwa Tuhan telah membuka jalan bagi mereka, saat mereka dalam keadaan putus harapan.
Betapa Tuhan telah membawa mereka keluar dari situasi mereka yang tak ada harapan dengan memberi mereka kekuatan, iman dan harapan baru untuk menghadapi kehilangan yang mereka alami.

Kesaksian
ini membuktikan sekali lagi bahwa Tuhan akan membuka
jalan bagi mereka yang menaruh harapan kepadaNya, dan hal ini bukanlah suatu hal yang sia-sia.

Lirik lagu ini adalah sebagai berikut :

God will make a way
Where there seems to be no way
He works in ways we cannot see
He will make a way for me
He will be my guide
Hold me closely to His side
With love and strength for each new day
He will make a way
He will make a way
By a roadway in the wilderness
He'll lead me
And rivers in the desert will I see
Heaven and earth will fade
But His love will still remain
And He will do something new today.
(Repeat first stanza)

Dia buka jalan,
Saat tiada jalan,
Dengan cara yang ajaib,
Dia buka jalan bagiku,
Dia menuntunku,
Dan memeluk diriku,

Dengan kasih dan kuasa-Nya,
Dia buka jalan,
Dia buka jalan
Di belantara Dia tetap menuntunku
Sungai di gurun aku temui
Langit bumi kan lenyap
Tapi firmanNYA tetap
Saat ini... .Dia buka jalan .
(Kembali ke bait pertama)
yakopdonyprakoso 2011

Bambu dan pakis

Suatu hari aku memutuskan untuk berhenti …….. berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku. 

Aku pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya. "Tuhan", kataku. "berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?" 
Dia memberi jawaban yang mengejutkanku. "Lihat ke sekelilingmu", kataNya. "Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada dihutan ini?" "Ya", jawabku. Lalu Tuhan berkata, "Ketika pertama kali Aku menanam mereka,  Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya. Aku beri mereka air. Pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat.  Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah. Namun, tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tapi, Aku tidak berhenti merawatnya. Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya. " 
"Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu, tapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun ke empat. " "Lalu pada tahun ke lima, sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Bandingkan dengan pakis, itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani. " 
"Tahukan engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu.  Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu. " 
Tuhan berkata "Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain.  Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda  dibandingkan dengan pakis. Tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah.”"Saat mu akan tiba", Tuhan mengatakan itu kepadaku. "Engkau akan tumbuh sangat tinggi" 
"Seberapa tinggi aku harus bertumbuh?" tanyaku. "Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?" Tuhan balik bertanya. "Setinggi yang mereka mampu?" Aku bertanya  "Ya." jawabNya, "Muliakan Aku dengan pertumbuhan mu, setinggi yang engkau dapat capai." 
Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadap ku. Dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap Anda. Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari. 
Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik memberikan pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.
Tuhan Yesus memberkati.

Pengembara yang Hebat

Ada seorang pengembara yang sangat ingin melihat pemandangan yang ada di balik suatu gunung yang amat tinggi. Maka disiapkanlah segala peralatannya dan berangkatlah ia. Karena begitu beratnya medan yang harus dia tempuh, segala perbekalan dan perlengkapannya pun habis. Akan tetapi, karena begitu besar keinginannya untuk melihat pemandangan yang ada di balik gunung itu, ia terus melanjutkan perjalannya.

Sampai suatu ketika, ia menjumpai semak belukar yang sangat lebat dan penuh duri. Tidak ada jalan lain selain ia harus melewati semak belukar itu.

Pikir pengembara itu : "Wah, jika aku harus melewati semak ini, maka kulitku pasti akan robek dan penuh luka. Tapi aku harus melanjutkan perjalanan ini."

Maka pengembara itupun mengambil ancang-ancang dan ia menerobos semak itu. Ajaib, pengembara itu tidak mengalami luka goresan sedikitpun.

Dengan penuh sukacita, ia kemudian melanjutkan perjalanan dan berkata dalam hati "Betapa hebatnya aku. Semak belukarpun tak mampu menghalangi aku."

Selama hampir 1 jam lamanya ia berjalan, tampaklah di hadapannya kerikil-kerikil tajam berserakan. Dan tak ada jalan lain selain dia harus melewati jalan itu.

Pikir pengembara itu untuk kedua kalinya : "Jika aku melewati kerikil ini, kakiku pasti akan berdarah dan terluka. Tapi aku tetap harus melewatinya."

Maka dengan segenap tekadnya, pengembara itu berjalan. Ajaib, ia tak mengalami luka tusukkan kerikil itu sedikitpun dan tampak kakinya dalam keadaan baik-baik saja.

Sekali lagi ia berkata dalam hati : "Betapa hebatnya aku. Kerikil tajampun tak mampu menghalangi jalanku."

Pengembara itupun kembali melanjutkan perjalanannya. Saat hampir sampai di puncak gunung itu, ia kembali menjumpai rintangan. Batu-batu besar dan licin menghalangi jalannya, dan tak ada jalan lain selain dia harus melewatinya.

Pikir pengembara itu untuk yang ketiga kalinya : "Jika aku harus mendaki batu-batu ini, aku pasti akan tergelincir dan tangan serta kakiku akan patah. Tapi aku ingin sampai di puncak itu. Aku harus melewatinya."

Maka pengembara itupun mulai mendaki batu itu dan ia.. tergelincir. Aneh, setelah bangkit, pengembara itu tidak merasakan sakit di tubuhnya dan tak ada satupun tulangnya yang patah.

"Betapa hebatnya aku. Batu-batu terjal inipun tidak dapat menghalangi jalanku."

Maka, iapun melanjutkan perjalanan dan sampailah ia di puncak gunung itu. Betapa sukacitanya ia meihat pemandangan yang sungguh indah dan tak pernah ia melihat yang seindah ini.

Akan tetapi, saat pengembara itu membalikkan badannya, tampaklah di hadapannya sosok manusia yang penuh luka sedang duduk memandanginya. Tubuhnya penuh luka goresan dan kakinya penuh luka tusukan dan darah. Ia tak dapat menggerakkan seluruh tubuhnya karena patah dan remuk tulangnya.

Berkatalah pengembara itu dengan penuh iba pada sosok penuh luka itu : "Mengapa tubuhmu penuh luka seperti itu? Apakah karena segala rintangn yang ada tadi? Tidak bisakah engkau sehebat aku karena aku bisa melewatinya tanpa luka sedikitpun? Siapakah engkau sebenarnya?"

Jawab sosok penuh luka itu dengan tatapan penuh kasih : " Aku adalah Tuhanmu. Betapa hatiKu tak mampu menolak untuk menyertaimu dalam perjalanan ini, mengingat betapa inginnya engkau melihat keindahan ini. Ketahuilah, saat engkau harus melewati semak belukar itu, Aku memelukmu erat supaya tak satupun duri merobek kulitmu. Saat kau harus melewati kerikil tajam, maka Aku menggendongmu supaya kakimu tidak tertusuk. Ketika kau memanjat batu licin dan terjatuh, Aku menopangmu dari bawah agar tak satupun tulangmu patah. Ingatkah engkau kembali padaKU?"

Pengembara itupun terduduk dan menangis tersedu-sedu, menyesali kesombongannya.

-=(anonim)=-


"Maafkan kesombonganku Tuhan"

Jejak Kaki di Pasir

Pada suatu malam seorang laki-laki bermimpi. Ia bermimpi berjalan di tepi pantai bersama Tuhan. Dari langit terkilas adegan-adegan yang terjadi dalam hidupnya. Pada setiap adegan ia selalu melihat ada dua pasang tapak kaki di pasir, sepasang tapak kakinya sendiri dan sepasang lagi tapak kaki Tuhan.

Pada saat adegan terakhir dalam hidupnya terkilas di depannya, ia menengok kembali ke jejak tapak kaki di pasir. Ia melihat bahwa banyak sekali pada jejak hidupnya ternyata hanya ada sepasang tapak kaki dan ia melihat itu terjadi justru pada saat-saat yang paling sulit dan menyedihkan dalam hidupnya.

Ini merisaukannya dan ia bertanya pada Tuhan tentang itu. “Tuhan, Engkau berkata bila sekali aku memutuskan mengikuti-Mu, Engkau akan selalu berjalan menyertaiku. Tetapi aku melihat bahwa pada saat-saat yang sukar dalam hidupku, hanya ada sepasang tapak kaki. Aku tidak mengerti mengapa pada saat aku paling membutuhkan-Mu, Engkau justru meninggalkanku.”

Tuhan menjawab, “Aku mencintaimu dan tak pernah meninggalkanmu. Pada saat kamu mengalami pencobaan dan menderita, yaitu pada saat kamu melihat hanya ada sepasang tapak kaki, itulah saat Aku menggendongmu.”